Beberapa hari lagi insyaAllah kita akan menyambut kedatangan tamu yang banyak membawa keberkahan, tamu yang sudah dinantikan dengan penuh kerinduan, tamu yang tidak mungkin kita mengetahui apa yang dibawanya, dan keagungannya kecuali dengan iman kepada Allah sebagai Rabb (Pencipta, Pemilik, Pemelihara alam semesta). Logika iman meyakini bahwa milik Allah lah hak prerogatif mencipta dan memilih. Dia menciptakan manusia dan memilih yang terbaik di antara mereka yaitu para nabi, mencipta hari hari, dan memilih jum’at sebagai sayyidul ayyam( penghulu hari-hari) dan menentukan bulan-bulan dan memilih yang terbaik yaitu Ramadhan, menciptakan malam dan menjadikan lailatul qodar sebagai malam terbaik yang dijadikan momentum turunnya Al Qur’an ke Baitul ‘Izzah di langit dunia.
Kita rindukan kedatangan bulan Ramadhan yang mulia, kemuliaan bulan Ramadhan ditandai dengan beberapa hal :
Pertama : Ramadhan dipilih sebagai bulan turunnya Al Qur’an sekaligus dari lauh mahfudz ke langit dunia, Allah berfirman :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan yang Al-Qur’an diturunkan padanya sebagai petunjuk bagi manusia, dan keterangan yang jelas serta pembeda (antara haq dan batil). (QS Al Baqarah ayat : 185).
Betapa agungnya bulan Ramadhan yang telah dipilih sebagai bulan turunnya kitab Al Qur’an, kitab termulia sepanjang masa.
Kedua: Di dalamnya ada malam yang terbaik secara mutlaq, dan dikatakan oleh Allah sebagai lailatul Qodar yaitu malam yang sangat berharga, dalam surat Dukhan disebut sebagai malam yang penuh berkah, pada malam itu diputuskan segala perkara yang bijak, dan malam ini terulang terjadinya setiap Ramadhan bukan seperti yang dikatakan sebagian kaum muslimin hanya terjadi sekali saja, yaitu ketika turunnya Al-Qur’an. Yang benar adalah Al Qur’an turun di bulan Ramadhon pada malam lailatul Qodar, bukan lailatul qodar adalah malam turunnya Al-Qur’an. Dari keyakinan di atas kita selalu mencari lailatul Qodar setiap bulan Ramadhan, sebab Nabi menganjurkan untuk mencarinya pada sepuluh malam terakhir dari Ramadhan, dan Nabi bersabda :
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر الله له ما تقدم من ذنبه
Siapa shalat malam pada lailatul Qodar dengan penuh keimanan dan harapan diampuni dosanya yang telah lalu (HR Ibnu Hibban dan Nasai) .
Allah merangsang agar kita memanfaatkan peluang emas ini dengan menjadikan ibadah di malam itu sebanding dengan ibadah seribu bulan, aduhai indahnya malam itu, aduhai besarnya rahmat Allah untuk umat Islam pengikut Nabi Muhamammad, karena umur mereka pendek, maka Allah memberikan kemuliaan dengan malam lailatur Qodar. Kalau seorang mendapat taufiq untuk ibadah di dalamnya, nilainya sama dengan ibadah 82 tahun.
Ketiga : siapa yang berpuasa dan qiyamullail di bulan itu dengan iman dan harapan diampuni dosanya yang telah lalu. Alangkah banyaknya dosa kita, dan dengan banyaknya dosa, kita malas ibadah, tak mendapatkan kelezatan dalam ibadah, Maka pada bulan ini kita bertekat untuk bersih dari segala dosa dengan berkahnya Ramadhan.
Keempat : bulan Ramadhan adalah bulan yang disiapkan oleh Allah sebagai bulan mengisi bahan bakar iman, menservis keimanan, karena memang dijadikan bulan tunduk dan ibadah kepada Allah, setan-setan dibelenggu, pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, sebagai pemberitahuan kepada hamba-hamba Allah yang ingin shaleh dan bertaqwa, inilah masa untuk start point menjadi hamba Allah sejati, karena itu, Allah berfirman :
“Diwajibkan anda berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada sebelum kalian agar kalian bertaqwa.”
Kelima : kita rindukan bulan Ramadhan karena diwajibkan dalam bulan ini ibadah shiyam, yang bisa mengantarkan kita menjadi insan sejati yang mampu mengendalikan diri dari godaan syahwat karena ingin RidhaNya. Maka pantas kalau puasa dikatakan sebagai perisai dari dosa dan api neraka, karena dengan melakukan puasa satu bulan lamanya dengan penuh penghayatan, seorang akan terdidik bahwa kekuatan pengendalian diri adalah kunci kesuksesan. Pengendalian diri untuk tidak mendekati dan menkonsumsi yang tadinya halal kalau tidak berpuasa, apa lagi hal yang haram baik puasa maupun tidak, dan inilah kunci keberhasilan menghamba kepada Allah.
Keenam : bulan Ramadhan mengajari kebersamaan dan keseragaman cita-cita yang membuat ringan melakukan segala kebaikan.
Ketujuh : bulan Ramadhan adalah bulan Allah sangat mendengar dzikir dan doa hambaNya, maka disyariatkan shalat tarawih berjamaah. Banyak berdo’a terutama ketika waktu berbuka karena doa orang yang berpuasa tidak ditolak oleh Allah swt.
Masih banyak alasan untuk bergembira dengan kedatangan bulan ramadhan yang agung, Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau berdoa enam bulan agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan, dan setelah lewat bulan Ramdahan berdo’a enam bulan agar diterima ibadahnya pada bulan tersebut.
Barangkali kita perlu meneropong satu sisi besar, kiat menjadikan bulan ramadhan sebagai momentum perbaikan diri, yaitu dengan meyakini integritas ibadah dalam Islam, ibadah adalah puncaknya sikap tunduk dan merendahkan diri kepada Allah disertai klimaksnya cinta, harapan, dan takut, dan dari makna ini ibadah di bulan ramadhan bukan ibadah pasif saja dengan meninggalkan makan dan minum dan bersetubuh dengan istri, melainkan kemampuan meninggalkan semua yang buruk, pikiran yang buruk, bicara yang buruk. Karena itu siapa yang berpuasa dari yang halal tapi berbuka dengan melakukan yang haram, seperti bicara dan perbuatan dosa, Allah tidak akan melihat puasanya. Yang kedua, puasa mengajari bahwa ketika kebutuhan terhadap makan minum berkurang maka sebetulnya di sana ada nutrisi yang lebih penting yaitu nutrisi iman, orang yang berpuasa sejati tidak pasif dan malas tapi malah energik dengan peningkatan ibadah ritual yang lainnya. Shalat jama’ah, berdo’a, berdzikir, membaca Al Qur’an, maupun ibadah sosial dengan banyak shadaqoh, membantu orang yang lemah. Dalam hal ini Rasulullah bersabda : “Sungguh aku berjalan menemani saudaraku dalam rangka membantu memenuhi hajatnya lebih akau sukai daripada i’tikaf di masjidku ini sebulan lamanya, artinya walaupun i’tikaf sangat dianjurkan tapi tidak ada halangan untuk memanfaatkan waktu untuk ibadah sosial.”
Kegembiraan klimaksnya dengan bulan ramadhan karena bulan ini adalah bulan akrab dengan Allah swt, bulan taqarrub kepada Allah DzatNya dan ManhajNya ( konsep hidup). Kepada Dzatnya dengan banyak berdo’a dan dzikir, sedang kepada manhajNya dengan banyak membaca AlQur’an dari awal surat sampai akhirnya, penuh disertai tadabbur dan merasakan munajat dengan Allah swt, karena keberkahan Al-Qur’an hanya dengan tilawah dan tadabbur dilanjutkan dengan aplikasinya dalam kehidupan. Allah berfirman, “Inilah kitab Kami turunkan penuh keberkahan supaya mereka mentadabburinya, dan supaya orang yang berakal mengambil pelajaran darinya.” Dengan membaca Al-Qur’an terkonseplah cara berfikir kita dengan wahyu Allah, dan ini sangat penting karena pikiran, cara pandang manusia sangat ditentukan oleh apa yang dibaca, didengar dan dilihat, dan kelemahan kepribadian kaum muslimin disebabkan karena lemahnya interaksi mereka dengan Al-Qur’an.
Dari sisi lain orang yang membaca Al-Qur’an secara utuh dengan tadabbur yang baik akan integral kepribadiannya dan utuh cara berfikirnya, karena bingkai yang sempurna dari petunjuk Al Qur’an sebagai contoh bisa kita kemukakan. Orang yang membaca Al-Qur’an akan memperhatikan syari’at Allah secara sempurna, bukan hanya puasa saja tapi yang lainnya pula. Bila puasa wajib karena disampaikan dengan redaksi kutiba ‘alaikum (diwajibkan atas kalian), kita dapatkan pula redaksi sama dengan obyek qishas dalam pembunuhan, wasiat untuk kerabat, dan jihad fi sabilillah dan karena orientasi kurang sehingga kaum muslimin hanya memperhatikan puasanya saja dan menyampingkan yang lainnya..
Kalau kita membaca dan melewati ayat yang mutasyabihat (yang memungkinkan ditafsirkan dengan tafsir yang hak dan yang batil) niscaya kita dapatkan ayat-ayat yang muhkamat yang tidak bisa ditafsirkan kecuali dengan satu penafsiran yang benar dan bisa dijadikan landasan untuk memahami ayat-ayat yang mutasyabihat.
Ayat ayat Al Qur’an menjawab dengan tuntas seluruh kesalahfahaman terhadap pemahaman dalam ajaran Islam, memberikan konsepsi lengkap tentang lima hakikat yang besar : tentang Uluhiyah( ketuhanan), ubudiyah( penghambaan), manusia, alam semesta, dan kehidupan. Konsep cara pandang inilah yang akan mengantarkan dalam memilih sistim hidup Islami, dan karena sistim hidup itu diambil dari wahyu Allah maka akan sangat berpengaruh terhadap semangat mengaplikasikan sistim itu dalam kehidupan, bahkan memperjuangkan tegaknya kehidupan masyarakat di atas sistim tersebut. Karena, itulah harga diri dan misi hidup seorang muslim.
Membaca Al-Qur’an secara khusyuk dengan penuh tadabbur akan memberikan dampak terhadap keistiqomahan hidup dan kekuatan hati dalam melawan godaan hawa nafsu. Karena, dengan membaca Al-Qur’an dikenalkan tentang Allah dengan sifat sifatNya, dikenalkan dengan akhirat dengan segala kedahsyatannya, dikenalkan dengan surganya dengan segala kenikmatannya, dikenalkan kepada neraka dengan segala kepedihan siksanya, kepada dunia dengan segala sifat fananya, dikenalkan tentang tipu daya musuh-musuh Allah, tentang apa yang dialami oleh para pendahulu pejuang-pejuang Islam dan kesudahan mereka yang baik. Sungguh istiqomah berkat keberkahan akrab dengan Al-Qur’an di bulan Ramadhan dan dilanjutkan dalam bulan berikutnya, sungguh keberuntungan yang dirindukan. Inilah rahasia mengapa Rasulullah setiap bulan Ramadhan selalu tadarrus Al-Qur’an bersama Jibril sampai khatam, bahkan beliau khatam dua kali di akhir hayat beliau, dan beliau sangat dermawan di bulan Ramadhan dan paling dermawan ketika bertemu dengan Jibril.
Ya Allah berkahilah Sya’ban kami, pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan dengan penuh kerinduan dan keimanan, berikan taufiq kepada kami untuk bisa beribadah dengan sempurna sebagaimana yang Engkau kehendaki, dan jadikanlah kami orang yang beruntung dengan lailatul Qodar, Ya Allah hanya dengan pertolonganMu kami bisa beribadah, dan hanya dengan kasih sayangMu kami bisa beruntung. Wahai Dzat Yang Maha Pemurah rahmatilah kami.
Posted in Dr. Muh. Mu'inudinillah, MA sumber http://www.ibnu-abbas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar